Valentine's Day Pumping Heart

Saturday, January 31, 2015

PERLUNYA ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN di Pendidikan KMI


A.    PENDAHULUAN         

            Perkembangan Islamisasi Ilmu Pengetahuan semakin marak di perbincangkan. Sebagian besar Umat Muslim di dunia telah sadar akan pentingnya Islamisasi untuk membentengi dirinya dari kemudharatan kemajuan zaman. Banyak hal yang mulai dipertanyakan dari segi kehalalan suatu produk atau kebenaran sebuah sistem dalam tatanan kehidupan. Saatnya Umat Muslim memunculkan keberaniannya untuk menyingkap segala keraguan yang ada dengan ilmunya yang mumpuni agar terhindar dari dosa dan maksiat yang kita tidak ketahui dan terjerumus dalam lembah kebodohan yang tak kita lihat.
            Segala jurus jitu dalam memulai Islamisasi Ilmu Pengetahuan harus kita pelajari dan kita praktekan dalam kehidupan. Memang butuh proses yang tidak mudah dan pengorbanan yang tidak ringan. Seorang  Muslim tidak akan serta merta mendapatkan gaya hidup Islami tanpa ada beberapa perjuangan. Contohnya,  Dikala kita akan membeli beberapa bahan masakan di pasar, contohnya daging sapi. Kita secara cermat harus mengetahui bahwa itu benar-benar daging sapi asli, bukanlah daging babi. Atau ketika akan membeli baso, harus kita telaah dan kita teliti bahwa penggilingan yang menggiling daging tersebut bukanlah penggilingan yang menggiling daging babi pula. Harus berusaha mengungkap kebenaran dari apa yang kita konsumsi dan peduli terhadap kehalalan apa yang kita pakai dan konsumsi di era yang acuh tak acuh dan serba tak peduli ini.       
            Banyak kesulitan yang akan di tempuh dalam perjuangan Islamisasi Ilmu di kehidupan kita. Menjadikan Islam sebagai landasan dan menjadi unsur dari segala gaya hidup kita yang telah banyak dipengaruhi oleh budaya diluar Islam. Namun, saatnya Muslim bergerak maju dan semakin cemerlang dengan keislamnnya, bukannya menjadi terbelakang di zaman kemajuan ilmu dan teknologi ini. Bukankah adanya Islamisasi itu ditakuti oleh kaum kafir di dunia karena ketakutan mereka akan kembalinya masa kejayaan Islam yang terdahulu?




B.     PEMBAHASAN

            Salah satu bentuk gerakan Umat Muslim dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan ini  adalah dimulainya pembenahan sistem pendidikan bagi para generasi mudanya. Adanya sistem pendidikan yang berbasis Islam seperti MI, MTS, MA dan lain sebagainya merupakan sebuah gerakan Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Namun, apakah Pendidikan dan Pengajaran yang diberikan telah 100% berbasis Islam dan dapat membentuk karakter para siswanya yang bermental Islami?
            Pengajaran yang diberikan mungkin saja berbasis Islam, namun hanya 10% atau 20% dari Keseluruhan Pelajaran yang ada. Lalu bagaimana dengan Pendidikannya? Apakah mampu membentuk karakter yang berbudi luhur dan bermental Islami? Belum sepenuhnya ada suatu Lembaga yang memberikan pendidikan seperti itu. Pendidikan di sekolah terbatas oleh waktu aktif belajar, setelah di luar sekolah para siswa bebas melakukan apa saja yang mereka lakukan tanpa adanya pengawasan dari pihak sekolah.
            Dalam sistem Pendidikan Negara yang kritis ini, dibutuhkan sebuah lembaga pendidikan yang mampu menaungi seluruh kegiatan para siswanya sehingga teratur dan terawasi sepanjang waktu  sebagai modal pembentukan karakter dan pribadi yang bermental Islami. Dalam hal ini, Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren mampu memenuhi Pendidikan itu. Namun, tidak semua Pondok Pesantren mempunyai Sistem Pendidikan yang sama. Mereka berbeda satu sama lainnya. Sebut saja PMDG ( Pondok Modern Darussalam Gontor) dengan Sistem Pendidikan KMI nya (Kulliyatul Mu’allimaat Al- Islaamiyyah) yang mencetak para santrinya bukan hanya sebagai lulusan Pondok yang mempunyai ilmu agama namun berkarakter dan bermental kuat serta mampu menyalurkan ilmu yang ia miliki kepada yang lain di lingkungannya.
            Kurikulum di KMI yang terkesan  berbeda dengan Metode sekolah lainnya menjadikan KMI mempunyai ciri khas tersendiri dalam Sistem Pendidikannya. Berpacu pada Pendidikan Karakter yang bertujuan menjadikan para santrinya menjadi pintar bukan hanya dari segi kepintaran akal namun juga kekuatan mental dan pengendalian emosi dalam kehidupan pesantren. Sehingga para santri mampu untuk mengaplikasikan pedidikan yang mereka dapatkan di Pesantren di lingkungan tempat tinggalnya atau lingkungan yang lebih luas yang akan menantinya.
            Pendidikan dan Pengajaran di KMI ( Kulliyatul Mu’alimaat Al- Islamiyyah ) di berikan 24 jam bukan hanya dari pengajar di kelas, namun juga oleh pengurus kelas 5 di masing-masing rayon. Semua terus berjalan sesuai dengan ketentuan dan sistem yang berlaku dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali. Seluruh kegiatan yang dilakukan tidak ada yang tidak bermanfaat. Semuanya mempunyai filosofi pedidikannya masing-masing. Dimulai dari bangun pagi, Shalat berjama’ah, bersih-besih lingkungan, piket kamar dan rayon, kegiatan ekstra kulikuler, kompetisi-kompetisi acara tertentu, dll semuanya mempunyai filosofi masing-masing.
            Dengan berbasis Pendidikan Islam yang bersandar pada Al- Qur’an dan Hadist, apakah para santri di KMI tak mampu untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang sekolah-sekolah lain lakukan dengan bebas? Contohnya adalah melakukan berbagai macam permainan olahraga nyentrik, kegiatan pramuka yang dinamis, bermain alat musik yang banyak menjadi kontroversi dalam diskusi ulama Islam, tarian, dan kegiatan-kegiatan lain sebagainya yang sepetinya tak mungkin direalisasikan di dalam Pendidikan Pesantren khususnya bagi putri.
            Jawabannya adalah mereka mampu dan sama aktifnya dengan para pelajar setingkat mereka di luar pondok. Mereka berdisiplin 24 jam, beribadah, belajar, membantu segala kegiatan dan kebutuhan pondok namun juga aktif dalam segala aktivitas di berbagai bidang dan berkreativitas. Keterbatasan dalam menjalani berbagai aktivitas yang kita inginkan di Pondok, yang sebelumnya belum ada menjadi suatu kendala untuk berkembang maju. Namun, KMI dengan segala aturan dan ketentuannya yang kosisten mampu merealisasikan seluruh kegiatan tersebut diatas ada dan berkembang di dalam lingkungan pondok. Bagaimana caranya merealisasikan itu semua?
            Semua itu dapat direalisasikan dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Seperti pemikiran salah satu Ulama kita al-Faruqi, beliau berupaya memadukan nilai etis dan agama dengan ilmu pengetahuan modern. Proses islamisasi ilmu pengetahuan tidak diarahkan untuk menolak pengetahuan yang ada. Kecuali itu, ia merupakan upaya holistik dalam upaya integrasi dua kajian, wahyu dan alam, untuk menemukan alternatif metode pengetahuan yang mampu mengeluarkan manusia modern dari krisis peradaban destruktif. Begitu pula usaha yang dilakukan oleh KMI, menjadikan pembagian proporsi dengan 100% Pendidkan Islam dan 100% Pendidikan umum. Kedenganranya mustahil, namun itu terjadi di KMI PMDG.
            Kegiatan Olahraga sebagai penyeimbang antara jasmani dan rohani. Dengan Islamisasi, para santri putri dapat berolahraga dengan busana yang tetap Islami. Kegiatan Pramuka sebagai wadah pengembangan diri dan keberanian dilaksanakan pula dengan cara Islami dengan tak lupa dengan waktu sholat dan berseragam tertutup bagi para putri. Pagelaran seni yang menghabiskan biaya ratusan juta rupiah, bukanlah hanya sebuah ajang foya-foya dan menyombongkan diri, namun sebagai ajang kreativitas dan perjuangan dalam merealisasikannya. Semua acaranya tidak ada yang tidak berfilosofi Islam, pasti berlandaskan Iman, Islam dan Ihsan.

            Itulah alasan mengapa diperlukannya Islamisasi dalam lingkup pendidikan KMI. Adanya Islamisasi Ilmu Pengertahuan dalam lingkup KMI bertujuan untuk mengaktualisasikan dan memaksimalkan seluruh kegiatan KMI di Pondok Pesantren sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas diri sehingga mampu berkecimpung dan mengabdi di masyarakat. Jadi, bukan hanya kegiatan inti pondok yang kita lakukan,namun juga kegiatan-kegiatan umum sekolah pada umumnya yang telah diislamisasikan dengan sedemikian rupa. Tanpa adanya Islamisasi Ilmu Pengetahuan di Pondok Pesantren, akankah Pondok berkenan menerima macam-macam aktivitas kreatif dan inovatfi masuk ke ruang lingkup kehidupan pondok yang seharusnya ada di lingkungan pendidikan dan di ikuti oleh murid-murid di lembaga-lembaga pendidikan sederajatnya?

No comments :

Post a Comment