A. PENDAHULUAN
Perkembangan Islamisasi Ilmu
Pengetahuan semakin marak di perbincangkan. Sebagian besar Umat Muslim di dunia
telah sadar akan pentingnya Islamisasi untuk membentengi dirinya dari kemudharatan
kemajuan zaman. Banyak hal yang mulai dipertanyakan dari segi kehalalan suatu
produk atau kebenaran sebuah sistem dalam tatanan kehidupan. Saatnya Umat
Muslim memunculkan keberaniannya untuk menyingkap segala keraguan yang ada
dengan ilmunya yang mumpuni agar terhindar dari dosa dan maksiat yang kita
tidak ketahui dan terjerumus dalam lembah kebodohan yang tak kita lihat.
Segala
jurus jitu dalam memulai Islamisasi Ilmu Pengetahuan harus kita pelajari dan
kita praktekan dalam kehidupan. Memang butuh proses yang tidak mudah dan
pengorbanan yang tidak ringan. Seorang Muslim
tidak akan serta merta mendapatkan gaya hidup Islami tanpa ada beberapa
perjuangan. Contohnya, Dikala kita akan
membeli beberapa bahan masakan di pasar, contohnya daging sapi. Kita secara
cermat harus mengetahui bahwa itu benar-benar daging sapi asli, bukanlah daging
babi. Atau ketika akan membeli baso, harus kita telaah dan kita teliti bahwa
penggilingan yang menggiling daging tersebut bukanlah penggilingan yang
menggiling daging babi pula. Harus berusaha mengungkap kebenaran dari apa yang
kita konsumsi dan peduli terhadap kehalalan apa yang kita pakai dan konsumsi di
era yang acuh tak acuh dan serba tak peduli ini.
Banyak kesulitan yang akan di tempuh
dalam perjuangan Islamisasi Ilmu di kehidupan kita. Menjadikan Islam sebagai
landasan dan menjadi unsur dari segala gaya hidup kita yang telah banyak
dipengaruhi oleh budaya diluar Islam. Namun, saatnya Muslim bergerak maju dan
semakin cemerlang dengan keislamnnya, bukannya menjadi terbelakang di zaman
kemajuan ilmu dan teknologi ini. Bukankah adanya Islamisasi itu ditakuti oleh kaum
kafir di dunia karena ketakutan mereka akan kembalinya masa kejayaan Islam
yang terdahulu?
B. PEMBAHASAN
Salah satu bentuk gerakan Umat Muslim
dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan ini adalah dimulainya pembenahan sistem pendidikan
bagi para generasi mudanya. Adanya sistem pendidikan yang berbasis Islam seperti
MI, MTS, MA dan lain sebagainya merupakan sebuah gerakan Islamisasi Ilmu
Pengetahuan. Namun, apakah Pendidikan dan Pengajaran yang diberikan telah 100%
berbasis Islam dan dapat membentuk karakter para siswanya yang bermental
Islami?
Pengajaran
yang diberikan mungkin saja berbasis Islam, namun hanya 10% atau 20% dari
Keseluruhan Pelajaran yang ada. Lalu bagaimana dengan Pendidikannya? Apakah
mampu membentuk karakter yang berbudi luhur dan bermental Islami? Belum
sepenuhnya ada suatu Lembaga yang memberikan pendidikan seperti itu. Pendidikan
di sekolah terbatas oleh waktu aktif belajar, setelah di luar sekolah para
siswa bebas melakukan apa saja yang mereka lakukan tanpa adanya pengawasan dari
pihak sekolah.
Dalam
sistem Pendidikan Negara yang kritis ini, dibutuhkan sebuah lembaga pendidikan
yang mampu menaungi seluruh kegiatan para siswanya sehingga teratur dan
terawasi sepanjang waktu sebagai modal
pembentukan karakter dan pribadi yang bermental Islami. Dalam hal ini, Lembaga
Pendidikan Pondok Pesantren mampu memenuhi Pendidikan itu. Namun, tidak semua
Pondok Pesantren mempunyai Sistem Pendidikan yang sama. Mereka berbeda satu
sama lainnya. Sebut saja PMDG ( Pondok Modern Darussalam Gontor) dengan Sistem
Pendidikan KMI nya (Kulliyatul Mu’allimaat Al- Islaamiyyah) yang mencetak para
santrinya bukan hanya sebagai lulusan Pondok yang mempunyai ilmu agama namun
berkarakter dan bermental kuat serta mampu menyalurkan ilmu yang ia miliki
kepada yang lain di lingkungannya.
Kurikulum di KMI yang terkesan berbeda dengan Metode sekolah lainnya
menjadikan KMI mempunyai ciri khas tersendiri dalam Sistem Pendidikannya.
Berpacu pada Pendidikan Karakter yang bertujuan menjadikan para santrinya
menjadi pintar bukan hanya dari segi kepintaran akal namun juga kekuatan mental
dan pengendalian emosi dalam kehidupan pesantren. Sehingga para santri mampu
untuk mengaplikasikan pedidikan yang mereka dapatkan di Pesantren di lingkungan
tempat tinggalnya atau lingkungan yang lebih luas yang akan menantinya.
Pendidikan dan Pengajaran di KMI (
Kulliyatul Mu’alimaat Al- Islamiyyah ) di berikan 24 jam bukan hanya dari
pengajar di kelas, namun juga oleh pengurus kelas 5 di masing-masing rayon.
Semua terus berjalan sesuai dengan ketentuan dan sistem yang berlaku dari mulai
bangun tidur hingga tidur kembali. Seluruh kegiatan yang dilakukan tidak ada
yang tidak bermanfaat. Semuanya mempunyai filosofi pedidikannya masing-masing.
Dimulai dari bangun pagi, Shalat berjama’ah, bersih-besih lingkungan, piket
kamar dan rayon, kegiatan ekstra kulikuler, kompetisi-kompetisi acara tertentu,
dll semuanya mempunyai filosofi masing-masing.
Dengan berbasis Pendidikan Islam
yang bersandar pada Al- Qur’an dan Hadist, apakah para santri di KMI tak mampu
untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang sekolah-sekolah lain lakukan dengan
bebas? Contohnya adalah melakukan berbagai macam permainan olahraga nyentrik,
kegiatan pramuka yang dinamis, bermain alat musik yang banyak menjadi
kontroversi dalam diskusi ulama Islam, tarian, dan kegiatan-kegiatan lain
sebagainya yang sepetinya tak mungkin direalisasikan di dalam Pendidikan Pesantren
khususnya bagi putri.
Jawabannya adalah mereka mampu dan
sama aktifnya dengan para pelajar setingkat mereka di luar pondok. Mereka
berdisiplin 24 jam, beribadah, belajar, membantu segala kegiatan dan kebutuhan
pondok namun juga aktif dalam segala aktivitas di berbagai bidang dan berkreativitas.
Keterbatasan dalam menjalani berbagai aktivitas yang kita inginkan di Pondok,
yang sebelumnya belum ada menjadi suatu kendala untuk berkembang maju. Namun,
KMI dengan segala aturan dan ketentuannya yang kosisten mampu merealisasikan
seluruh kegiatan tersebut diatas ada dan berkembang di dalam lingkungan pondok.
Bagaimana caranya merealisasikan itu semua?
Semua itu dapat direalisasikan
dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Seperti pemikiran salah satu Ulama kita al-Faruqi, beliau berupaya memadukan
nilai etis dan agama dengan ilmu pengetahuan modern. Proses islamisasi ilmu
pengetahuan tidak diarahkan untuk menolak pengetahuan yang ada. Kecuali itu, ia
merupakan upaya holistik dalam upaya integrasi dua kajian, wahyu dan alam,
untuk menemukan alternatif metode pengetahuan yang mampu mengeluarkan manusia
modern dari krisis peradaban destruktif. Begitu pula usaha yang dilakukan oleh
KMI, menjadikan pembagian proporsi dengan 100% Pendidkan Islam dan 100%
Pendidikan umum. Kedenganranya mustahil, namun itu terjadi di KMI PMDG.
Kegiatan
Olahraga sebagai penyeimbang antara jasmani dan rohani. Dengan Islamisasi, para
santri putri dapat berolahraga dengan busana yang tetap Islami. Kegiatan
Pramuka sebagai wadah pengembangan diri dan keberanian dilaksanakan pula dengan
cara Islami dengan tak lupa dengan waktu sholat dan berseragam tertutup bagi
para putri. Pagelaran seni yang menghabiskan biaya ratusan juta rupiah,
bukanlah hanya sebuah ajang foya-foya dan menyombongkan diri, namun sebagai
ajang kreativitas dan perjuangan dalam merealisasikannya. Semua acaranya tidak
ada yang tidak berfilosofi Islam, pasti berlandaskan Iman, Islam dan Ihsan.
Itulah
alasan mengapa diperlukannya Islamisasi dalam lingkup pendidikan KMI. Adanya
Islamisasi Ilmu Pengertahuan dalam lingkup KMI bertujuan untuk
mengaktualisasikan dan memaksimalkan seluruh kegiatan KMI di Pondok Pesantren
sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas diri sehingga mampu
berkecimpung dan mengabdi di masyarakat. Jadi, bukan hanya kegiatan inti pondok
yang kita lakukan,namun juga kegiatan-kegiatan umum sekolah pada umumnya yang
telah diislamisasikan dengan sedemikian rupa. Tanpa adanya Islamisasi Ilmu
Pengetahuan di Pondok Pesantren, akankah Pondok berkenan menerima macam-macam
aktivitas kreatif dan inovatfi masuk ke ruang lingkup kehidupan pondok yang
seharusnya ada di lingkungan pendidikan dan di ikuti oleh murid-murid di
lembaga-lembaga pendidikan sederajatnya?
No comments :
Post a Comment