Wawancara Reporter Hania dengan Narasumber (Alifia Nurdiyani) di Apotek Atikafilya |
Waspada persaingan pasar bebas di
Asia Tenggara. Semua departemen mulai dari pendidikan, hukum, kebudayaan,
ekonomi bahkan kesehatan mulai selektif dalam merekrut tenaga kerja dan terus
meningkatkan kualitas kinerja instansi masing-masing agar tetap bertahan di
arus Free Trade Area ini. Maraknya barang impor mengaju pada persaingan
ketat dalam persaingan ekonomi dengan produk dalam negeri. Saat ini, tenaga
kerja impor pun mulai memenuhi instansi
kepegawaian di Indonesia dalam berbagai bidang.
Bagaimana dengan nasib tenaga
kefarmasian di Indonesia?
Mahasiswa Farmasi Indonesia,
kuliahnya yang sulit dan rumit jangan disia-siakan, harus menjadikan lulusannya
berkualitas dan mumpuni untuk bersaing di kancah Regional bahkan Internasional.
(Kutipan sambutan dari Ketua IAI yang disampaikan di Seminar “Gerak farmasi
dalam Persaingan Pasar Bebas” di Universitas Airlangga tahun 2014).
Seiring dengan peningkatan
persaingan di kancah Regional, peningkatan mutu obat di Indonesia pun di
perlukan. “ Alat-alat pembuat dan peracik obat perlu ditingkatkan
kecanggihannya, diperbanyak jumlahnya dan lebih diperhatikan oleh pemerintah
untuk bantuan dalam dananya. “ Ucap salah seorang Mahasiswa Farmasi semester 5
di STIKES Bhakti Tunas Husada Tasikmalaya,
Alifia Nurdiyani yang sedang mengisi
waktu liburnya di Apotek Budiman Tasikmalaya.
Tanpa meningkatkan mutu obat di
Indonesia, banyak obat-obat impor yang akan menguasai pasar di Indonesia.
Produk dalam negeri akan merosot tingkat pemakaiannya yang menyebabkan
industri-industri farmasi di Indonesia mengalami kerugian, inilah salah satu
penyebab timbulnya pengangguran yang cukup besar. Ini juga sebagai pertanda
bahwa tidak adanya perkembangan dan kemajuan dalam bidang kefarmasian di
indonesia, karena kurangnya geliat farmasis menuju ke arah perubahan ilmu
pengetahuan yang menguntungkan semua pihak di Indonesia.
Akankah demikian yang terjadi?
Lulusan farmasi yang berperan
penting dalam peracikan dan pengelolaan obat di Indonesia jangan hanya berperan
sebagai pihak kedua tanpa inisiatif dan idealisme mumpuni. Jadilah pihak
pertama yang selalu mendasari pembaharuan dalam medis di bidang farmasi dengan
pemanfaatan SDM dan sdSDA yang maksimal. Disinilah peningkatan mutu obat
diperlukan. Berbagai riset telah dilakukan, hanya implementasinya yang harus
ditingkatkan dalam dunia medis.
“ Di antara pengusaha farmasi dan sektor swasta bidang farmasi lainnya,
paradigma juga harus dirubah. Pengembangan teknologi dalam dunia farmasi bukan
lagi sebagai nilai pengeluaran, tetapi menjadi bentuk investasi jangka panjang.
Selama ini pun, kontribusi kalangan industri farmasi dalam penelitian dan
pengembangan iptek di Indonesia masih kecil. Karena memang diakui bahwa
penelitian untuk menemukan obat paten menelan dana yang sangat besar.” ( Sumber :Anugerah Pharmindo Lestari News Magazine)
Perlahan tapi pasti,
Geliat Kefarmasian Indonesia harus tetap bergerak maju untuk meningkatkan mutu
obat di Indonesia.
By :
Hania Novianty (15/7/2015)
No comments :
Post a Comment