Dalam dunia pendidikan yang telah Kami kenyam selama lebih dari 4 atau 6 tahun dipenuhi dengan disiplin rendah toleran yang membentuk karakter. Dalam setiapa tingakatannya, disiplin yang Kami terima berbeda pula tingkat keketatannya dan berat hukumannya. Semakin tinggi tingkatan kelas Kami, semakin tinggi dan banyak pula aturan yang Kami patuhi maka semakin berlipat juga hukuman yang Kami terima bila Kami melanggar.
Tentang jenjang tingkatan pendidikan. Ada satu hal menarik disini. Kami adalah para terdidik yang di bentuk untuk mempunyai disiplin yang tinggi, mental yang kuat (kejujuran, keberanian, ketegasan, dll) dan karakter yang idealisme (penuh kesabaran dan keikhlasan). Sehingga, pada tingkatan yang berbeda, berbeda pula tanggung jawab yang dibebankan. Kelas 1 sampai 3 / 1 int hanya sebagai anggota yang cukup patuh dan aktif berpartisipasi dalam segala kegiatan yang ada. Kelas 4 / 3 int sebagai anggota terbesar di asrama yang tidak hanya cukup mengikuti arus kegiatan dan aturan saja, namun juga dituntut untuk berinisiatif dan mengajak pra adik-adik nya untuk bergerak maju. Kelas 5 sebagai bagian tertinggi di asrama, yaitu penggerak atau pengurus rayon, disanalah tanggung jawab terberat dimulai. Dimana idealisme itu dipaksa untuk diterapkan dalam membimbing para anggota dirayon sebagai penanggung jawab atas terbentuknya karakter dan mental para anggotanya. Kelas 6, sebagai anggota terbesar di KMI, pemegang titik puncak organisasi kepengurusan santri. Bertanggung jawab atas semua gerakan rekayasa kehidupan yang ada di pondok. Ketertiban, kebersihan, kesenian, dll.
Paksaan, modal utama untuk hidup di sini, Tanpa itu, kita tak bisa memulai diri untuk memaksa agar diri kita berani bersosialisasi, paksaan agar berani berdisiplin dan menegakan kebenaran, paksaan agar berani untuk aktif bergerak dan menggerakan, dan paksaan untuk mengemban amanat dengan baik dan menjadi seorang "Profesionalis" dalam menjalankan segala sesuatu.
Namun, kalau kita fikirkan, Ke "Profesionalis"me an itu terlalu cepat untuk dibebankan dan dipaksakan untuk anak2 seumuran itu. Bukan hanya bertanggung jawab pada diri sendiri, tapi juga pada hidup khalayak banyak. Itulah Profesionalisme yang ter'prematurkan.
Tapi, dari bukti sejaran hingga sekarang. Tak ada kendala serius dalam menjalankan profesionalisme itu. Semua telah dilatih, walau dengan pelatihan singkat namun hasilnya bagaikan telah dilatih bertahun-tahun untuk menjdi seorang penggerak orgaisasi.
Karena kuncinya hanya satu, paksaan untuk berdisiplin, sisanya adalah gerakan dari hati nurani dan keinginan jiwa untuk berubah menjadi lebih maju.
Tapi Guys, kalau untuk Profesionalisme yang dibebankan kepada Kita ini terlalu awal. Cobalah untuk berhati-hati. Tidak gegabah dan terburu dalam mengambil keputusan, Ini semua memnag pendidikan, banyak kesalahan akan dijadikan evaluasi dan diperbaiki di masa yang akan datang. Tapi, kesalahan kecil akan berdampak besar, tidak berwujud nyata, namun akan melekat dan membekas menjadi sebuah kesan, kesan yang tidak Kita harapkan.
Kecewa=salah satu ungkapan perasaan yang tidak mudah di netralisir, (by me)
No comments :
Post a Comment